Onposter
"Where Threads Come to Life"
Selamat datang di Onposter Wall Art Digital Printing kami menyediakan Produk Lukisan Digital atau Plus Frame, Product custom Print T-shirt Hoodie Sweetshirt Long Sleeve Dri-Fit Topi & Merchandise Penyedia Media Promosi & Jasa Cetak Digital X-banner, Spanduk, Stiker, dan Media Promosi dengan Harga yang Berpariasi - Siap Wujudkan Impian Anda? Segera konsultasi gratis melalui WA[chat only] - Email : onposterwallart@gmail.com - Terima kasih sudah menjelajahi blog kami! Kami sangat menghargai kunjungan Anda Jika ada produk yang menarik perhatian Anda, jangan tunda lagi! Tim kami siap membantu Anda order dan mendapatkan solusi terbaik. ©2025 Onposter Wall Art - Digital Printing Bandung Cimahi Bogor Jawa Barat - Indonesia.

01 Agustus 2025

Langkah Tegas di Atas Peony

 


Langkah Tegas di Atas Peony

Jalanan kota itu basah oleh kelopak bunga peony berwarna merah muda, seolah seluruh kota sedang merayakan sesuatu. Alya berjalan di atas hamparan bunga itu, gaun hitamnya menyapu kelopak-kelopak yang lembut. Di tangannya, ia membawa buket peony yang jauh lebih besar, simbol dari semua yang telah ditawarkan padanya: kekayaan, kemewahan, dan hidup yang mudah.

Di ujung jalan, menantinya seorang pria bernama Adrian. Dia adalah pria yang memiliki segalanya. Uangnya bisa membeli apa saja, bahkan konon, ia bisa membeli hati. Adrian adalah pria yang terbiasa mendapatkan apa yang ia inginkan dengan mudah. Ia tidak pernah mengerti arti perjuangan, apalagi arti sebuah cinta yang sakral. Di matanya, Alya hanyalah sebuah objek lain yang bisa ia miliki. Ia beranggapan Alya hanya butuh uang dan kehidupan yang nyaman, sehingga ia tidak perlu repot-repot menjaga cinta itu. Baginya, jika Alya pergi, ia bisa dengan mudah mendapatkan yang lain.

"Ini untukmu, Alya," ucap Adrian, mencoba menawarkan sebuah kalung berlian yang berkilauan. "Ini hanyalah hadiah kecil."

Alya menatapnya. Ia melihat bukan hanya berlian itu, tetapi juga tatapan Adrian yang kosong, egois, dan penuh kesombongan. Ia melihat tatapan yang hanya menganggapnya sebagai boneka, yang bisa dihias dan dipajang. Hati Alya bergetar bukan karena terharu, melainkan karena jijik. Ia telah mendengar desas-desus lain tentang Adrian, desas-desus yang gelap dan mengkhawatirkan, tentang sifatnya yang menyimpang, tentang ketertarikannya yang tidak wajar pada anak-anak.

Dengan lembut, Alya meletakkan buket bunga di trotoar. "Terima kasih, Adrian," katanya, suaranya tenang namun tegas. "Tapi saya tidak bisa menerima ini."

Adrian mengerutkan kening, tidak mengerti. "Kenapa? Apa yang kurang? Apakah kalung ini tidak cukup?"

"Ini bukan soal cukup atau tidak, Adrian," jawab Alya, tatapannya kini lurus menembus mata Adrian. "Cinta tidak bisa dibeli. Hati tidak bisa ditukar dengan kemewahan. Saya mencari seseorang yang menghargai saya sebagai manusia, bukan sebagai barang koleksi."

Alya berbalik, meninggalkan Adrian yang terdiam kaget di tengah hamparan kelopak bunga. Ia melangkah maju, gaun hitamnya kontras dengan kelopak-kelopak merah muda yang berserakan. Ia berjalan sendirian, tetapi ia merasa bebas. Ia tahu, jalan yang ia pilih mungkin lebih sulit, namun jalan itu adalah jalan yang jujur, jalan yang membawa ia pada harga diri, bukan pada kekosongan yang berhiaskan berlian. Ia memilih untuk menolak segalanya, demi menjaga hatinya yang berharga, dari tangan yang tidak tahu cara mencintai.



Jelajahi Onposter!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar